beberapa
manfaat sosial dan medis yang akan didapat oleh seseorang jika ia memilih untuk
menikah di usia muda, berikut alasannya:
1. Romantis
Menikah
adalah bukti cinta sejati. Ia adalah lambang dari romantisme yang hakiki.
Perlu
diketahui muda-mudi yang suka tebar pesona sok romantis, supaya tidak ada lagi
yang tertipu sama gombalan dan modus.
Jangan percaya
kalau ada orang yang bilang cinta, kalau gak ada progres dari ucapannya.
Buktikan, setidaknya dengan melamar.
Jangan
tergoda dengan puisi dan bunga, sebenarnya dia gak benar-benar punya rasa.
Buktinya, dia gak pernah berikrar dan membawa mahar.
Tepat
sekali jika Rasulullah -alaihis shalatu was salam- berkata,
mengenai romantisme pernikahan ini:
لَمْ نَرَ
– يُرَ- لِلْمُتَحَابِّينَ مِثْلُ النِّكَاحِ
“Tidak ada romantisme yang lebih indah bagi dua orang yang
saling mencintai selian menikah.” (Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi
dan dishahihkah oleh Albani)
2. Membangun Keseimbangan Awal
Usia
muda adalah masa ketika gejolak jiwa mulai bertumbuh, dan merupakan masa dimana
Anda butuh seseorang untuk menopang diri dan hidup agar masa depan kita
lebih teratur, terarah, dan seimbang.
Adalah
sangat bermanfaat ketika masa muda disibukkan dalam karir, lelah
menghadapi kesulitan dan tantangan, namun selalu ada seseorang yang mendampingi
Anda menghadapi itu semua.
Ia
akan menjadi tempat mengungkapkan setiap keluh kesah yang Anda alami dalam
hidup. Ia juga merupakan penerang ketika Anda mendapati jalan yang gelap lagi
buntu.
3. Saat Terbaik Untuk Saling
Menyesuaikan
Jika
kita perhatikan, akhir-akhir ini di daerah perkotaan sangat marak perceraian.
Sebenarnya apakah yang menyebabkan hal ini bisa terjadi?
Kebanyakan
orang di daerah perkotaan, sengaja menunda menikah dengan alasan karir dan kedewasaan,
padahal ini merupakan hal yang salah.
Cobalah
renungkan, jika dua individu yang telah kuat dalam suatu prinsip, kemudian
disatukan dalam satu rumah tangga. Lantas ternyata setelah menikah ditemukan
ketidak cocokan pada prinsip masing-masing, bukankah hal ini akan lebih mudah
menghancurkan sebuah pernikahan?
Menikah
di usia muda itu bagai membentuk sebuah adonan kue, Anda akan
belajar bagaimana caranya untuk lebih saling pengertian.
Menyesuaikan
karakter akan lebih mudah dilakukan saat usia masih muda, karena suami-istri
masih lebih terbuka untuk belajar.
4. Mencari Pasangan Sempurna
Tidak
sulit mencari pasangan yang sempurna. Yang membuat rumit adalah diri kita
sendiri beserta kriteria yang bejibun.
Ketahuilah,
ketika kesempurnaan adalah syarat sesorang boleh menikah dengan kita, maka kita
telah menjadi orang yang egois. Karena kita hanya menuntut orang lain,
sedangkan kita sendiri tidak sempurna.
Dalam
perjalanannya, rumah tangga tidak akan selalu indah seperti saat baru
menikah. Sifat pasangan pun akan berubah.
Yang
awalnya sempurna bagi kita, bisa jadi berubah. Bahkan, seolah dia adalah
manusia yang paling menjengkelkan di dunia.
Yang
awalnya biasa-biasa saja, tidak menutup kemungkinan akan jadi lebih baik,
membangun chemistry (baca: kemistri) terpendam sehingga kita merasa “dialah
jawaban atas doaku”.
Selama
mengarungi bahtera rumah tangga, masing-masing pasangan akan belajar tentang
karakter bagaimana yang disukai dan dibenci oleh pasangannya.
Hakikatnya,
kesempurnaan hanyalah milik Allah ﷻ. Karenanya, kalau mau pasangan
sempurna harus dibangun di atas standar Rabbul Alamin yakni akidah
dan agama.
Saya
hanya ingin menekankan, jangan karena poin ini berbicara tentang kesempurnaan,
lantas kita lupa. Jangan sampai “gak sempurna gak apa” termasuk agama.
5. Berjuang Untuk Menjaga Kesucian
Memang,
di zaman ini seks bebas bukanlah merupkan hal yang asing dan aneh. Dimana-mana
ada seks bebas. Namun, apakah kita harus mengikuti perkembangan zaman yang
seperti ini?
Sungguh,
Allah telah memberikan sebuah solusi yang indah bagi dua orang individu yang ingin
saling memenuhi kebutuhan seksualnya, yakni pernikahan.
Dengan
menjalani pernikahan, kita akan lebih mudah untuk mengatur emosi seksual, dan
lebih menjaga diri dari maksiat kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallalahu
`alahi wassalam:
Wahai para pemuda! Siapa saja di antara
kalian berkemampuan untuk nikah, maka menikahlah, karena pernikahan itu
lebih mudah menundukkan pandangan dan lebihmenjaga farji (kemaluan). Siapa
saja yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat membentengi
dirinya. (al-Bukhari)
Melalui
pernikahan, potensi untuk melakukan maksiat akan berkurang. Jangankan zina,
melamun saja sudah menjauhkan kita dari mengingat Allah, terlebih ngelamunin
lawan jenis.
Dengan
menikah, nilai ketakwaan kita di hadapan Allah juga bertambah. Secara tidak
langsung, pernikahan menjaga diri kita sekaligus agama Islam.
Sebagaimana
sabda Rasulullah ﷺ:
Siapa saja menikah, maka ia telah
melengkapi separuh dari agamanya. Hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam
memelihara yang separuhnya lagi. (Thabarani dan Hakim)
6. Kesiapan
Demi
Allah! Orang yang menunggu untuk menjadi seseorang yang benar-benar sempurna
baik di bidang agama, sosial, atau materi sama saja tidak mau menikah.
Merupakan
hal yang sangat terpuji jika seseorang berusaha semaksimal mungkin
memantaskan dirinya agar kelak dapat menjadi orang yang ideal bagi
pasangan hidupnya.
Sangatlah
mulia seorang hamba yang belajar al-Quran, belajar Hadist, bahasa arab, mencari
kekayaan, dan kedewasaan sebelum ia menikah.
Namun
sangat disayangkan, jika kemapanan harta dan jenjang pendidikan dijadikan
alasan untuk menunda pernikahan. Apalagi dianggap sebagai satu-satunya kunci
sukses berumahtangga.
Sahabatku yang dicintai Allah, hidup itu
keseluruhannya adalah proses, proses mendewasakan dan proses yang menjadikan
seseorang lebih pantas.
Adalah
suatu pilihan yang tepat jika seseorang memilih menikan walaupun ia masih faqir
baik dalam ilmu maupun amal. Pernikahan akan membuat amal dan ilmu lebih
sempurna.
Di
lain sisi, ia juga akan membuatmu lebih kaya dan berkecukupan, sebagaimana
firman Allah azza wa jalla:
Nikahkanlah orang-orang yang sendirian
di antara kamu, dan orang-orang yang patut (nikah) dari hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan cukupkan mereka
dengan karunia-Nya. Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (an-Nur : 32)
7. Puncak Kebahagiaan
Pastinya
semua manusia ingin bahagia. Walaupun bahagia itu sendiri berbeda-beda
menurut persepsi orang.
Bagi
sebagian, bahagia itu sederhana, asal bisa beribadah walaupun miskin. Menurut
yang lain, bahagia adalah kepuasan meraih sukses (pendidikan tinggi, karir
menanjak, nama baik, penghargaan dll).
Terserah
yang mana, apapun itu. Kalau Anda kelompok pertama, menikahlah. Karena
pernikahan adalah ibadah dan menyejukkan.
Jika
Anda golongan kedua, menikahlah. Karena dengan menikah, Anda akan merasakan
kesuksesan meskipun belum meraih cita-cita yang Anda targetkan. Menikah juga
dapat membimbing agar lebih cepat sampai tujuan.
Allah
–subhanahu wa ta’ala– berfirman:
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,2 supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Ia menjadikan rasa kasih dan
sayang di antara kalian. Sungguh pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (ar-Rum : 21)
Menikah
itu menenteramkan. Mau Ibadah, enak dan nyaman. Yang tadinya tidak berpahala
bahkan mengundang dosa, jadi membuahkan rahmat dari Allah.
Menikah
itu pintu gerbang kesuksesan. Berangkat kerja, ada yang dituju, untuk orang
tercinta. Pulang kerja, ada yang menunggu, anak dan istri. Kerja lebih fokus
dan bersemangat.
8. Gerbang Memiliki Keturunan
Sering
kali, kita dibuat tertawa lucu dan gemas ketika melihat anak-anak dan balita.
Kita juga kerapa merasa bangga ketika menonton anak-anak berprestasi. Sayangnya,
mereka bukan anak-anak kita.
Allah ﷻ juga
mengajarkan pada kita di dalam al-Quran agar senantiasa berdoa memohon istri
dan keturunan shalih yang menyejukkan hati:
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada
kami istri-istri dan keturunan (anak-cucu) yang dapat menyenangkan hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (al-Furqan: 74)
Ayat
di atas mengisyaratkan pada kita, “kalau mau mendapatkan kesenangan, carilah
dari anak-anak kalian, mereka adalah tempat yang tepat”.
Jadikanlah
keluarga dan anak adalah tempat kebahgiaan kita. Dalam tafsir as-Sam’ani,
al-Qurazi berkata:
“Tidak ada yang dapat menyejukkan
mata seorang mukmin selain melihat istri dan keturunannya yang bertakwa.”
Kali
ini, kita tidak akan membahas bagaimana cara membentuk anak yang dapat membuat
kita menangis karena bahagia. Tapi, saya hanya ingin mengajak bepikir,
“bagaimana bisa punya anak, nikah saja belum!”3
9. Ibadah Jadi Santai
Ceritanya
ada 3 pemuda yang bertanya pada istri Nabi, bagaimana ibadah Rasul. Setelah
diberitahu, mereka merasa beribadah mereka sangat kurang dan ingin beribadah
semaksimal mungkin.
Salah satu diantara mereka akhirnya memutuskan
untuk tekun ibadah dan menjauhi pernikahan. Setelah mengetahui kabar tiga
sahabanya ini, Nabi Muhammad melarangnya dan mengatakan bahwa beliau beribadah,
juga menikah. (al-Bukhari: 5063, Muslim: 1401)
Hadits
ini menunjukkan bahwa, lebih baik kurang ibadah tapi menikah, daripada bertahan
bujang meskipun tekun ibadah.
Lagi
pula, siapa kita? Apa bisa ibadah 24 jam penuh tanpa tidur dan makan karena
puasa dan tahajjud sekalian?
Makanya,
kalau gak bisa ibadah 24×7 hari lebih baik menikah aja. Tidak mengekang diri,
ibadah lebih longgar karena nilainya lebih baik dari ibadah seharian penuh.
Menikah adalah ibadah paling lama,
namun menyenangkan.
10. Stamina dan Vitalitas yang Prima
Ketika
Anda menikah di usia muda, maka kebugaran tubuh Anda sedang mencapai puncaknya.
Bagi
seorang wanita telah diketahui bawa menikah di atas usia 30 tahun akan
menyebabkan kurangnya kesempatan bagi mereka untuk dapat hamil dan memperoleh
keturunan.
Selain
itu, tubuh masih bisa diajak kompromi untuk bekerja keras dalam mencari nafkah
dan mendidik anak.
Bayangkan, seorang
lelaki menikah di berusia 35 tahun. Saat anaknya baru masuk SMP, umur sang
bapak sudah hampir setengah abad, akan sangat sulit baginya dapat bekerja keras
lagi demi memenuhi kebutuhan anak dan rumah tangganya.
Kebalikannya,
seseorang menikah di usia muda, misalkan 20 tahun.
Esimasinya, ketika berumur 21 atau 22 tahun, ia sudah memiliki keturunan.
Ketika anaknya memasuki jenjang kuliah dan hampir tamat, ia baru berusia 40
tahun.
Di
usia 50 tahun, sudah bisa menimang cucu dan tidak perlu memeras otak terlalu
keras hanya untuk membiayai sekolah anak.
Wanita melamar duluan
11. Indahnya Masa Muda Akan Hilang
Karena Mengasuh Anak?
Banyak
yang menyangka bahwa memiliki anak di usia muda, indahnya masa muda akan
berakhir, karena direpotkan dalam mengasuh bayi.
Pikiran
ini adalah logika yang terbesit dari mereka yang telah dibumbui oleh rasa takut
sebelum mencoba.
Sebagian
lain, takut mempunyai banyak anak karena hanya akan menambah beban keluarga dan
membuat hidup makin melarat.
Sungguh
kedua alasan itu adalah alasan yang hanya memperturutkan logika daripada firman
Allah dan sabda Nabi-Nya.
Rasulullah
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
Nikahilah perempuan yang penyayang lagi
subur. Sungguh aku akan berbangga dengan sebab banyaknya jumlah kalian (Ummat
Nabi Muhammad) dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat. (Shahih riwayat
Ahmad, Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik)
Banyak
anak, adalah sunnah Nabi. Kalau mau banyak anak, menikahlah selagi muda.
Juga,
Rasulullah ﷺ menerangkan
akan keutamaan yang paling agung dari mempunyai anak, yakni:
Apabila
manusia itu telah mati maka terputuslah dari semua amalnya kecuali tiga
perkara:
·
Shadaqah jariyah
·
ilmu yang bermanfaat, dan
·
Anak shalih yang mendo’akannya” (Imam Muslim)
Sekali
lagi tentang anak, bagaimana bisa dapat doa anak, anak saja tidak punya.
Nikah saja ngak, gimana mau punya anak.3
Janganlah
pernah terbesit di pikiran kita bahwa dengan banyaknya anak akan membuat sempit
kehidupan ekonomi, karena tidaklah Allah menciptakan seorang manusia ke
permukaan bumi melainkan juga Allah telah tetapkan bagi mereka rizkinya, Allah
ta`ala berfirman:
Janganlah kamu membunuh anak-anakmu
karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada
mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar. (al-Isra
: 31)
Banyak
anak, banyak rezeki adalah benar. Karena setiap anak dilahirkan bersama
rizkinya masing-masing. So, jangan takut punya banyak anak.4
12. Menjauhkan Diri Dari Zina
Kita
ketahui bersama, dorongan seksual adalah fitrah manusia yang juga dimengeri
dalam ilmu biologi. Islam tidak memerintahkan untuk membuhuh nafsu,
melainkan mengendalikannya.
Sedangkan
mengendalikan itu semua sangatlah sulit. 16, 17, 18, 19 tahun usia kita, makin
bertambah, makin bergejolak. Tentunya sangat berbahaya.
Dorongan
tersebut lama-kelamaan tidak akan dapat ditahan, terlebih di zaman teknologi
ini. Di mana-mana banyak wanita berpakaian minim, ketat, bahkan telanjang.
Akhirnya, seorang dapat terjerumus dalam perzinaan. Inilah yang ingin dijaga
oleh Agama Islam.
Sungguh,
pernikahan akan semakin menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan, serta
menjauhkan dari perbuatan zina yang sangat dimurkai oleh Allah.
Jika
hasrat muncul, orang yang sudah menikah dapat kembali pada pasangannya. Kalau
jomblo, bisa berbuat apa?
Rabb
ta’ala berfirman:
Janganlah kamu mendekati zina; sungguh
zina itu adalah perbuatan yang keji lagi jalan yang buruk. (al-Isra: 32)
13. Keutamaan Dari Allah
Sebagai
penutup dari berbagai rangkaian perintah dan larangan yang telah Allah patrikan
dalam al-Quran di surat al-Isra, yang di antaranya membahas tentang
pernikahan dan kehidupan berumah tangga, Allah berfirman:
Itulah (nikah) sebagian hikmah yang
diwahyukan Tuhan kepadamu. Janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di
selain Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka secara
hina lagi dijauhkan dari rahmat Allah. (al-Isra: 39)
Semoga
dengan adanya tulisan ini keyakinan kita pada Allah akan bertambah dan kita
akan terhindar dari ketakutan untuk memulai membina rumah tangga di usia muda.
Bagi
yang belum menikah, semoga Allah mudahkan ia menemukan pasangan hidupnya dan
bagi yang telah menikah, maka jagalah pernikahanmu karena ia merupakan sebuah
amanah dari Allah kepadamu.
Jangan
jadikan usia muda sebagai alasan bercerai. Tulisan di atas tidak hanya
ditujukan untuk pria saja, perempuan juga boleh dan dianjurkan. Agar tidak
malu, lamarannya ikuti cara ta’aruf ibunda Khadijah.
_______
1 Kenyataannya
banyak perempuan melahirkan di usia belasan tahun, ternyata aman dan selamat.
2 Dari “jenismu
sendiri” maksudnya adalah jenis manusia dengan manusia, dan jin kawinnya sesama
jin. Tidak seperti yang katakan oleh jaringan Islam liberal di Indonesia, yang
menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah lesbian dan gay.
3 Bisa punya anak
angkat, tapi anak angkat tidak sama dengan anak kandung. Wanita tidak bisa
mendapat pahala jihad dari mengandung dan
melahirkan. Setelah dewasa, Anak angkat dapat membatalkan wudhu
orang tua.
4 Membatasi
kehamilan haram, tapi mengatur jarak kehamilan diperbolehkan.
0 komentar :
Posting Komentar